Minggu, 09 Juni 2013

CINTA DAN PERKAWINAN





CINTA DAN PERKAWINAN
In this 2004 theory, Robert Sternberg proposed that love could be broken down into three parts: intimacy, passion, and commitment.
         Intimacy: Closeness, supporting one another, sharing with one another, and feeling loved
         Passion: Feelings of sexual arousal and attractions, and euphoria. That is what drives two individuals together.
         Commitment: The desire to remain royal to another person and stay in a long – term relationship.
(Kleinman, Paul. 2012. PSYCH101 PSYCHOLOGY FACTS, BASICS, STATISTICS, TESTS, AND MORE. Avon: Adams Media)
Tidak ada definisi yang jelas mengenai apa itu cinta. Jika bisa mengambil pendapat seorang teoris, saya memilih mendefinisikan cinta menurut Robert Sternberg, memiliki beberapa komponen yaitu intimacy atau intimasi, passion atau hasrat, dan commitment atau komitmen. Cinta merupakan sesuatu yang kompleks, tidak apat diartikan dengan mudah apalagi dirasakan oleh orang yang belum pernah merasakan apa itu cinta. Dan menurut saya, untuk menjalani sebuah pernikahan atau perkawinan komponen – komponen yang membentuk cinta seperti yang diungkapkan Sternberg,
         Intimacy / Intimasi
Dalam sebuah rumah tangga, keintiman atau intimasi oleh pasangan suami istri sangat dibutuhkan untuk menjadikan fondasi keutuhan rumah tangga, dimana antara pasangan suami istri ini menunjukkan kedekatan, saling mendukung satu sama lain, berbagi satu sama lain, dapat merasakan perasaan dicintai oleh satu sama lain, tak lupa juga saling mencintai juga.
         Passion / Hasrat
Hasrat juga dibutuhkan untuk membangun sebuah keluarga yang harmonis, hasrat inilah yang membuat pasangan kekasih ini memutuskan untuk membangun sebuah keluarga bersama. Serta, untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga tersebut, masing – masing pasangan saling berusaha untuk memelihara hasrat tersebut terhadap pasangannya sendiri.
         Commitment / komitmen
Satu hal lagi yang pentig untuk dimiliki ketika ingin membangun sebuah rumah tangga, yaitu komitmen. Komitmen merupakan sebuah janji untuk setia satu sama lain, dan tetap hidup dalam hubungan jangka panjang. Ketika janji itu diingkari, maka akan sulit untuk membangun kepercayaan itu lagi.
Ketiga komponen ini saling melengkapi dan ketiga unsur ini harus tetap dipertahankan untuk dapat membangun sebuah pernikahan yang harmonis.

Berikut ada sebuah kisah tentang cinta dan pernikahan
(Klik judul di bawah ini untuk membacanya)


Analisis berdasarkan kisah di atas, adalah sebagai berikut
A.   DESKRIPSI CINTA DAN PERKAWINAN
Berdasarkan kisah di atas, cinta dalam sebuah pernikahan dimana salah satu pasangannya belum bisa mencintai pasangannya sendiri, dapat muncul ketika salah satu pasangan berusaha menunjukkan usaha seberapa besar ia mencintai pasangannya. dimana ketika ia terus berusaha, maka akan ada hasil yang dapat dituai di kemudian harinya. Hal tersebut tentunya akan semakin terasa ketika sang suami yang belum dapat mencintai istrinya sepenuh hati harus rela melepas kepergian sang istri karena kecelakaan ketika sang suami sudah mulai merasakan benih - benih cinta didalam dirinya untuk sang istri.
B.   BAGAIMANA MEMILIH PASANGAN
Berdasarkan kisah di atas pula, memilih pasangan yang baik melalui ta'aruf belum menjamin bahwa pernikahan akan langgeng. Sebelumnya harus ada rasa keterbukaan tentang perasaan masing - masing. Jujur mengenai perasaan terhadap satu sama lain akan membuat semua pihak merasa dihargai, jika dari awal memang tidak ada rasa cinta, maka ta'aruf tersebut sebaiknya tidak dilanjutkan agar tidak menyakiti perasaan pasangan kita kelak. Ketika cinta dan hasrat sudah tidak ada, alangkah bijaksananya apabila tetap mempertahankan rumah tangga dengan alasan komitmen yang teguh untuk tetap menjaga keutuhan rumah tangga. 
Terlepas dari pemilihan pasangan berdasarkan kisah di atas. ada beberapa faktor lain yang menurut saya dapat menjadi pedoman untuk memilih pasangan, diantaranya yaitu:
  • Satu Agama (dengan memilih pasangan yang seiman dengan kita agar pernikahan nanti mendapat ridho Allah dan orang tua, untuk seseorang dengan pasangan lelakinya carilah pasangan laki - laki yang memiliki ilmu agama yang setara bahkan lebih tinggi ilmu agamanya dibandingkan diri sendiri. Karena kelak dengan ilmu agama yang lebih tinggi, maka Insya Allah kelak menjadi imam dan kepala keluarga yang terbaik. Sedangkan untuk seseorang dengan pasangan perempuannya, carilah perempuan yang muslimah dan solehah yang kelak akan menjadi ibu terbaik untuk anak - anak.)
  • Seseorang yang cinta keluarga (Sudah jarang sekali seseorang yang selalu mengedepankan keluarga di atas segalanya, padahal fondasi utama untuk membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warahmah serta harmonis adalah interaksi yang baik antar anggota keluarga agar menciptakan anak yang soleh dan solehah.)
  • Seseorang dengan pendidikan yang baik dengan kepribadian yang baik serta pekerjaan yang baik (sebenarnya ini hanyalah alternatif dari berbagai pilihan lainnya. dengan memilih pasangan yang memiliki pendidikan yang baik Insya Allah akan membantu pasangan lainnya dalam mendidik putra - putri tercinta. Walaupun sebenarnya hal ini juga tidak terlalu menjamin.)
C.   SELUK BELUK HUBUNGAN DALAM PERKAWINAN
    Seluk beluk dalam perkawinan sangatlah kompleks, dengan kondisi yang berbeda maka akan tercipta seluk beluk yang berbeda pula. Marilah dengan penuh bijaksana menghadapi segala persoalan hidup yang timbul akibat seluk beluk dalam perkawinan ini. Berdasarkan kisah di atas, seluk beluk hubungan dalam perkawinan itu kompleks, diantaranya yaitu:
  1. Dimana ketika dalam proses ta'aruf dengan jangka waktu yang lama, ada baiknya untuk menanyakan perihal perasaan terdalam untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak. Ketika memang tidak bisa dilanjutkan, ada baiknya untuk berbicara terus terang dengan calon pasangan hidup kita kelak. Agar tidak ada kebohongan - kebohongan yang ditutupi. Ketika memang bisa untuk dilanjutkan maka ada baiknya jangan menunda dengan jangka waktu yang lebih lama lagi.
  2. Ketika ada orang lain di tengah - tengah hubungan suami istri, jika hal tersebut ada benih - benih cinta diantara salah satu dari pasangan dengan orang lain itu ada baiknya tetap menjaga batasan antara mereka. agar tidak ada pihak - pihak lain yang merasa tersakiti. 
  3. Ketika salah satu pasangan tersebut merasa ada pengkhianatan walaupun tidak tergambar dengan jelas. ada baiknya untuk menyelesaikan persoalan tersebut dengan kepala dingin dengan pertama melakukan introspeksi ke dalam diri, adakah selama ini ada tindakan yang dilakukan yang menyebabkan pasangan menjadi atau merasa terganggu. Berusaha menunjukkan rasa cinta dan kemandirian kita untuk dapat membuka hati pasangan bahwa kitalah yang terbaik untuknya.
D.   PENYESUAIAN DAN PERTUMBUHAN DALAM PERKAWINAN
      Penyesuaian dan pertumbuhan dalam perkawinan merupakan faktor penting untuk dapat menjaga  keutuhan sebuah rumah tangga. Berdasarkan kisah di atas, betapa gigihnya sang istri untuk dapat melakukan berbagai penyesuaian - penyesuaian diri untuk dapat membuka hati suaminya untuk dapat mencintai dirinya dengan sepenuh hati.
A.   PERCERAIAN DAN PERNIKAHAN KEMBALI
Dimana ada pernikahan pasti ada perpisahan melalui perceraian, walaupun sebenarnya Tuhan sangat tidak menyukai jalan tersebut, namun jika itu merupakan suratan takdir, maka tidak ada yang bisa mengelak dari suratan takdir tersebut. Perceraian dengan cara baik – baik tentunya akan melegakan semua pihak yang berkaitan. Perceraian bukanlah akhir dari segalanya, sesungguhnya hany orang – orang yang kuat dan bermental bajalah yang dapat kembali melanjutkan hidupnya untuk melihat dan menata kehidupan yang ada didepannya. Tak jarang diantara mereka ada yang melakukan pernikahan kembali ada yang dengan orang yang sama seperti Aa Gym dan Teh Ninih, ada banyak pula yang menikah kembali dengan orang yang berbeda, salah satunya yaitu Christy Jusung dengan Pengusaha yang bernama Jay Alatas. Itu semua tak lepas dari campur tangan Tuhan. Kita sebagai manusia hanya bisa menjalankan apa yang menjadi suratan takdir. Tentunya dengan harapan di pernikahan yang untuk kesekian kalinya itu menjadi pernikahan terakhir dalam hidup kita. Dan menjadi memori terindah dalam hidup kita.
B.   SINGLE LIFE
Single life atau hidup melajang sepertinya sedang menjadi tren untuk masa kini. Walaupun demikian banyak yang mengatakan bahwa mereka yang terus melajang itu ‘tidak laku’ akan tetapi biasanya orang dengan kesibukan pekerjaan yang super tinggi menjadi penyebab kurangnya interaksi untuk dapat menjalin hubungan lebih lanjut dan serius untuk menikah. Berikut ada artikel yang sebagian besar mungkin akan mengiyakan berbagai hal yang diungkapkan dalam artikel ini. Silahkan membaca

Whitney Caudill

Whitney Caudill

5 Things to Love About Being Single

A great deal of the cultural dialogue about being single or unmarried is focused on the negative aspects of being single or on how to find someone to marry. There are negatives to being single. However, I am also told that there are negatives to being married. Yet, we are not bombarded with articles and opinions about how married people should work hard on getting divorced. OK, that is extreme, but you do see my point, right?
There are people who are single because they do not want to be married, but most of us, including those who are divorced or widowed, are single because our personal and professional choices have not aligned to produce a (or another) marriage-worthy relationship. I told someone recently who was attempting to fix me up that I'd prefer they leave it alone. Why, you say? Shouldn't I take all the help I can get? No. In my short life I have learned two things about myself and life as it relates to dating: (1) Blind dates and fix-ups are usually only good for the purpose of collecting entertaining war stories and (2) God will do what God will do and he'll tell me about it when I need to know about it.
So, what do we do while we are waiting for our choices to align or God to do his part? We enjoy the good things about being single.
Here are my five favorite things about being single...
1. Freedom
"I'm single because I was born that way." - Mae West
This is the big one. I have asked married friends and family and the consensus is that the thing they miss most about being single is freedom. As one friend put it, I miss "being able to make any decision without consulting or compromising on anything from paint colors, to car buying, to vacationing." As a single person, I am free from the obligation to consult the schedules, opinions, feelings, needs and desires of another. I am also free from the responsibilities that come with family and marriage, which are many. I don't have to worry about the financial stability, safety or the personal and professional future of another person. I can buy what I want, eat at whatever fancy restaurant I please, travel to places that interest me and live a lifestyle that supports my interests. Single people can do whatever they want. Living as independent single people -- not reliant on family or a partner -- is the only time in our lives when we will have almost total control over our lives and be really free.
2. Self-Awareness
"I don't like to be labeled as lonely just because I am alone." -Delta Burke
One of my favorite things about being single has been getting to know who I am, Getting to know ourselves is a great opportunity. I know that sounds corny and everyone says it, but think about it carefully. While it is true that we can create ourselves into what we want to be -- we can become a doctor or parent or school teacher or circus animal trainer -- that is not the same as getting to know who we really are deep down inside. Being a single adult provides the opportunity to explore who we are, what we like, what we value, what we require to be happy and, sometimes more importantly, what we do not want in life and in relationships. This kind of self-exploration is difficult when you are in a relationship or married. In relationships, much time is focused on figuring out the relationship and getting to know or meeting the needs of your partner. Knowing who we really are ensures that we don't lose ourselves in a relationship and it makes dating and finding a partner much easier -- you know in advance what you want and need and the areas in which you are willing to compromise.
It is also a lot easier to "just be yourself" if you know that person.
3. Simplicity
"I like being single, I'm always there when I need me." - Art Leo
Being single can be easy -- if you let it. Relationships, no matter how good, are complicated. Anytime two people are in close quarters, there will be conflict and compromises. Single people almost always, in almost every decision, have the option to take the path of least resistance; in relationships, that option doesn't come as often. A single person's decisions involve only themselves and who they choose to involve; in a relationship, all decisions have the potential for conflict and complication.
I only have to consider my family at holidays and special occasions. At my house, there are no arguments about the thermostat, how fast the dishes get washed, whether to get cable or pay someone to mow the lawn or how the house is decorated. I love my 1,600 square-foot house. It is just what I need: It is small and simple. I only have to buy for one person. That's one car, TV, computer, cellphone, plane ticket... you get the idea. Singleness also provides flexibility; I can accommodate change (like moving, accepting a new job offer or taking a last-minute trip) much more easily than someone who is in a relationship. While there are plenty of things that can complicate life in general, being single is less complicated than being in a relationship.
4. Selfishness
"The only reason to get married is if you want children." - Alice Tate
I do not like being around selfish people. It is one of the hardest things for me to do. I am talking about those folks who can only talk about themselves, are stingy with money or think we are all here to serve them. So, I am not suggesting that single people act like jerks. No.
Here, I am talking about the ability to focus on areas of your life that would get less attention if you were in a relationship or married. Being single allows you to focus (selfishly) on your career, rather than balance your career time with the career and personal needs of someone else. If you are ambitious, then being single will treat you well. You can work long hours, do all the professional development you can stand and spend your evenings reading all those books on leadership. (Note: this kind of selfishness improves your ability to be a solid and contributing partner in a future relationship or marriage, if that is your aim.) As a single person, you can selfishly pursue your own hobbies, interests and relationships with friends and family without the necessity to balance your time between your partner's hobbies, friends and family. I can take an entire Saturday morning to write without the need to worry about someone else's schedule, I can have friends or family over whenever I please or I can play the guitar while watching Netflix (this requires the volume on the TV to be at about 45) all evening. Singleness permits you to be selfish in good ways.
5. Service
"Now to the unmarried and the widows I say: It is good for them to stay unmarried, as I do." (1 Corinthians 7:8, NIV)
The Apostle Paul also told the men that he'd prefer them to be unmarried as well. Why? Because they would be free spend their time in prayer and service to God. Being single gives you more time to be of service to others, whether it is your church, a community service organization or your favorite non-profit. Singleness allows you to be unselfish with your free time and resources. Once you have determined what you value and what you want to support, you can commit to volunteerism and philanthropy without the need to consult with someone else. Time and money are powerful tools in helping others, but money is often a huge point of contention for many couples. As a single person, you are in control of how your money and time is put to use. Service is a great way to help others, feel good about you, and make friends.
Clearly, this is not an exhaustive list. There are many good things about singleness wrapped up in these five areas. In fact, I chose not to list all the good things individually because there are far too many. This is why I think the discussion of being single needs a new perspective. Being single is not worse than being married; in many cases, it is better, but, at the very least, it is just different.
I hope one day to bump into the marriage-worthy fellow that God has for me, but until that time, I am going to enjoy my life. Being single is a good thing.
http://www.huffingtonpost.com/whitney-caudill/five-things-to-love-about-being-single_b_3327562.html
Analisis: Berdasarkan artikel di atas, banyak orang yang memilih untuk tetap menjalani kehidupan melajang karena ingin tetap bebas, belum mau terikat dengan yang namanya komitmen. Menjalani sebuah hubungan merupakan hal yang kompleks karena terdapat dua kepala untuk mengatasi segala persoalan yang ada. Menjalani kehidupan melajang tidaklah buruk begitupun dengan menjalani sebuah hubungan sampai kepada pernikahan, mungkin saja waktunya belum tepat , juga belum bertemu dengan orang yang tepat pula. Ada pepatah yang menarik hati saya, akan tetapi saya lupa pepatah tersebut diucapkan oleh siapa.
“ Right man in the right time; not wrong man in the right time; not right man in the wrong time; not even, wrong man in the wrong time” -NN-



HUBUNGAN INTERPERSONAL




HUBUNGAN INTERPERSONAL
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan yang dilakukan oleh individu dengan individu lainnya, hal ini tak hanya berkaitan dengan intensitas interaksi dari hubungan baik secara personal maupun kelompok tetapi juga bagaimana kualitas dari hubungan tersebut itu juga. Seberapa jauh keakraban dan kedekatan individu itu dengan individu lainnya, seberapa dalam hubungan yang telah terjalin oleh masing – masing individu itu sendiri.

A.   MODEL – MODEL HUBUNGAN INTERPERSONAL
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal, yaitu:
-          Model Pertukaran Sosial
Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dri segi ganjaran dan biaya”
-          Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan perananannya.
-          Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat – sifat struktural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem – subsistem yang saling tergantung dan berindak bersama sebagai suatu kesatuan.Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tuuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi, dan pelaksanaan peranan
.

B.   CARA MEMULAI HUBUNGAN
Adapun tahap – tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
-          Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal – hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing – masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain, bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.

-          Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan – tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
·         Keakraban
·         Kontrol
·         Respon yang tepat
·         Nada emosional yang tepat

Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
·         Komunikasi efektif
·         Ekspresi wajah
·         Kepribadian
·         Stereotyping
·         Kesamaan karakter personal
·         Daya Tarik
·         Ganjaran
·         Kompetensi



C.   INTIMASI DAN HUBUNGAN PRIBADI
In this 2004 theory, Robert Sternberg proposed that love could be broken down into three parts: intimacy, passion, and commitment.
·         Intimacy: Closeness, supporting one another, sharing with one another, and feeling loved
·         Passion: Feelings of sexual arousal and attractions, and euphoria. That is what drives two individuals together.
·         Commitment: The desire to remain royal to another person and stay in a long – term relationship.
(Kleinman, Paul. 2012. PSYCH101 PSYCHOLOGY FACTS, BASICS, STATISTICS, TESTS, AND MORE. Avon: Adams Media)
Intimacy atau intimasi berdasarkan dari keterangan di atas merupakan sikap yang menunjukkan kedekatan, saling mendukung satu sama lain, saling berbagi satu sama lain, dan memiliki perasaan dicintai. Intimasi ini merupakan salah satu komponen yang dapat memperkokoh fondasi dalam hubungan pribadi, baik itu terhadap pasangan hidup, orang tua, kepada Tuhan, dan masih banyak lagi.
   


D.   INTIMASI DAN PERTUMBUHAN
In this 2004 theory, Robert Sternberg proposed that love could be broken down into three parts: intimacy, passion, and commitment.
·         Intimacy: Closeness, supporting one another, sharing with one another, and feeling loved
·         Passion: Feelings of sexual arousal and attractions, and euphoria. That is what drives two individuals together.
·         Commitment: The desire to remain royal to another person and stay in a long – term relationship.
(Kleinman, Paul. 2012. PSYCH101 PSYCHOLOGY FACTS, BASICS, STATISTICS, TESTS, AND MORE. Avon: Adams Media)
Intimasi juga dibutuhkan dalam proses pertumbuhan. Mengapa? Karena dengan mendapatkan perasaan kedekatan, didukung segala aktivitas baik yang dikerjakan, diberi kebebasan untuk dapat mengutarakan apa yang sedang dirasakan yang dibagi juga ke orang lain, serta memiliki perasaan dicintai itu semua memang komponen yang nantinya akan saling melengkapi dengan baik akan membentu proses pertumbuhan pada anak. Dimana keluarga dengan intimasi yang baik akan menciptakan suasana yang kondusif untuk mendukung tumbuh kembang anak – anak.