SINGKAT CERITA MENGENAI KESEHATAN MENTAL
Jika membicarakan tentang
kesehatan mental, banyak sekali aspek yang dibahas didalamnya. Salah satunya, berbagai
definisi mengenai konsep sehat; Berbagai teori Kepribadian sehat dari para
ahli; dan masih banyak lagi. Jika dapat saya simpulkan bahwa berbagai aspek
yang telah terlebih dahulu disampaikan, saling berkaitan, berhubungan dan
berkesinambungan dalam kesehatan mental.
Kesehatan mental diawali
dengan pengertian konsep sehat itu sendiri, adalah kondisi seimbang baik secara
fisik, psikis, dan juga dari cara berinteraksi yang dilakukan. Selain itu juga
memiliki kestabilan emosi sehingga segala permasalahan dapat teratasi dengan
baik serta terpenuhinya segala kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial, sehingga
tercipta ketentraman dan kedamaian di dalam kehidupan yang dijalani. Setelah
mengerti apa itu konsep sehat, kita juga perlu mengetahui definisi stres itu
sendiri, stres dapat diartikan sebagai respon yang dimunculkan akibat dari tidak
terpenuhinya kebutuhan maupun tidak terlaksananya suatu tanggung jawab yang
diemban. Kemudian tipe stres menurut
psikologi, ada konflik (muncul akibat ketidakmampuan memilih dua atau lebih
keinginan, kebutuhan, atau tujuan); frustasi (muncul akibat dari kegagalan saat
ingin mencapai suatu tujuan); tekanan (muncul akibat adanya tekanan hidup
sehari - hari); serta kecemasan (muncul akibat kekhawatiran yang berlebih akan
terjadinya kemungkinan terburuk). Adapun kita juga harus mengetahui bagaimana
mekanisme pertahanan diri yang terjadi yang dapat dikatakan hal tersebut
terjadi tanpa kita sadari, yaitu mekanisme pertahanan ego. Mengapa kita perlu
memahami hal ini semua? Semua hal di atas perlu untuk diketahui karena sebisa
mungkin kita menerapkan kondisi konsep sehat yang sebenarnya. Agar terhindar
dari berbagai stres yang dapat menyerang secara tiba – tiba. Ada kalanya,
strategi untuk mereduksi stres itu dikenal dengan istilah coping. Seperti apa
koping / coping itu? Coping yang baik dan berhasil itu, memiliki empat
komponen, yaitu: Peningkatan kesadaran terhadap masalah; Pengolahan informasi;
Pengubahan perilaku; Resulosi damai. Akan tetapi pada kenyataannya, coping itu
ada yang bersifat merusak, seperti reasoning, objektivitas, konsentrasi, dll ; dan coping yang sehat itu seperti
antisipasi, afiliasi, altruisme, Pengamatan diri, dll.
Kemudian beralih ke
pertumbuhan personal. Pertumbuhan personal itu dapat diartikan sebagai fase
dimana individu melakukan penyesuaian diri sesuai dengan pertumbuhan yang
sedang dialaminya. Segala bentuk pertumbuhan yang terjadi pada anak – anak ini
seringkali membuat rasa kurang percaya diri itu muncul, sehingga membuat
interaksi sosial menjadi kurang. Sehingga perlu adanya penyesuaian diri yang
baik agar tetap menjadi individu yang sehat. Dalam penyesuaian diri untuk
mendukung pertumbuhan personal yang baik itu dengan cara membangun hubungan
interpersonal yang baik. Bagaimanakah caranya? Pertama pembentukan / perkenalan:
ditandai dengan usaha kedua pihak untuk menangkap informasi dari reaksi
kawannya, dalam prosesnya segala informasi mengenai identitas, sikap, dan nilai
akan terungkap dengan cepatnya. Bahkan menurut Charles R. Berger, informasi
pada tahap ini dikelompokkan menjadi tujuh kategori (informasi demografis;
sikap dan pendapat; rencana masa datang; kepribadian; perilaku masa lalu; orang
lain; hobi dan minat). Setelah itu beranjak ke peneguhan hubungan, dalam
prosesnya ternyata bersifat dinamis, oleh karena itu perlu untuk memelihara dan
menjaga agar hubungan yang ada tetap terjalin dengan baik. Empat faktor penting
untuk memelihara keseimbangan ini seperti, keakraban; kontrol; respon yang
tepat; nada emosional yang tepat. Selain itu juga ada faktor lain yang
mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu komunikasi efektif; ekspresi wajah;
kepribadian; stereotyping; Kesamaan karakter personal; daya tarik; ganjaran;
kompetensi.
Ada intimasi dan hubungan
pribadi, serta ada pula intimasi dan pertumbuhan sebagai kelanjutan dari peneguhan
hubungan itu. Intimasi dan hubungan pribadi merupakan suatu sikap yang
ditunjukkan yang menandakan kedekatan, saling mendukung, saling berbagi, dan
memiliki perasaan dicintai. Intimasi ini dibutuhkan untuk memperkokoh fondasi
dalam hubungan pribadi, baik itu terhadap pasangan, orang tua, maupun Tuhan
sekalipun. Intimasi dan pertumbuhan dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan
putra – putri tercinta, dimana dengan adanya intimasi, maka akan tercipta
situasi kondusif yang bagus dan baik untuk pertumbuhan anak – anak.
Cinta, perkawinan,
penikahan, perceraian, pernikahan kembali, serta single life merupakan berbagai
pilihan hidup yang terjadi di sekitar kita. Berawal dari cinta, jika ada cinta,
itu pasti terbentuk dengan adanya ketiga komponen seperti intimasi, hasrat, dan
komitmen (Sternberg, 2004). Pernikahan yang kekal tentunya tetap berusaha untuk
saling menguatkan antara ketiga komponen tersebut. Jikalau salah satu ada yang
tidak dapat dipertahankan, maka besar kemungkinannya untuk terjadi perceraian. Jika
perceraian itu terjadi, ada individu yang cepat beradaptasi dengan baik, dan
berusaha bangkit kembali kemudian menata hidupnya kembali, ada pula yang jatuh
terpuruk karena belum bisa menyesuaikan diri dengan baik. Pernikahan kembali
mungkin terjadi terhadap seseorang yang berhasil menghadapi keterpurukannya,
berusaha bangkit, kemudian menata hidupnya kembali, begitupun juga single life,
single life menurut saya pribadi dapat berarti memilih hidup melajang, ataupun
menjadi single parent. Semua merupakan pilihan hidup yang tentunya dapat
mempengaruhi kesehatan mental kita. Sehingga ada baiknya jika kita memiliki
kemampuan beradaptasi yang sangat baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar