Senin, 01 Juli 2013

KESEHATAN MENTAL


SINGKAT CERITA MENGENAI KESEHATAN MENTAL
Jika membicarakan tentang kesehatan mental, banyak sekali aspek yang dibahas didalamnya. Salah satunya, berbagai definisi mengenai konsep sehat; Berbagai teori Kepribadian sehat dari para ahli; dan masih banyak lagi. Jika dapat saya simpulkan bahwa berbagai aspek yang telah terlebih dahulu disampaikan, saling berkaitan, berhubungan dan berkesinambungan dalam kesehatan mental.
Kesehatan mental diawali dengan pengertian konsep sehat itu sendiri, adalah kondisi seimbang baik secara fisik, psikis, dan juga dari cara berinteraksi yang dilakukan. Selain itu juga memiliki kestabilan emosi sehingga segala permasalahan dapat teratasi dengan baik serta terpenuhinya segala kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial, sehingga tercipta ketentraman dan kedamaian di dalam kehidupan yang dijalani. Setelah mengerti apa itu konsep sehat, kita juga perlu mengetahui definisi stres itu sendiri, stres dapat diartikan sebagai respon yang dimunculkan akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan maupun tidak terlaksananya suatu tanggung jawab yang diemban.  Kemudian tipe stres menurut psikologi, ada konflik (muncul akibat ketidakmampuan memilih dua atau lebih keinginan, kebutuhan, atau tujuan); frustasi (muncul akibat dari kegagalan saat ingin mencapai suatu tujuan); tekanan (muncul akibat adanya tekanan hidup sehari - hari); serta kecemasan (muncul akibat kekhawatiran yang berlebih akan terjadinya kemungkinan terburuk). Adapun kita juga harus mengetahui bagaimana mekanisme pertahanan diri yang terjadi yang dapat dikatakan hal tersebut terjadi tanpa kita sadari, yaitu mekanisme pertahanan ego. Mengapa kita perlu memahami hal ini semua? Semua hal di atas perlu untuk diketahui karena sebisa mungkin kita menerapkan kondisi konsep sehat yang sebenarnya. Agar terhindar dari berbagai stres yang dapat menyerang secara tiba – tiba. Ada kalanya, strategi untuk mereduksi stres itu dikenal dengan istilah coping. Seperti apa koping / coping itu? Coping yang baik dan berhasil itu, memiliki empat komponen, yaitu: Peningkatan kesadaran terhadap masalah; Pengolahan informasi; Pengubahan perilaku; Resulosi damai. Akan tetapi pada kenyataannya, coping itu ada yang bersifat merusak, seperti reasoning, objektivitas, konsentrasi, dll  ; dan coping yang sehat itu seperti antisipasi, afiliasi, altruisme, Pengamatan diri, dll.
Kemudian beralih ke pertumbuhan personal. Pertumbuhan personal itu dapat diartikan sebagai fase dimana individu melakukan penyesuaian diri sesuai dengan pertumbuhan yang sedang dialaminya. Segala bentuk pertumbuhan yang terjadi pada anak – anak ini seringkali membuat rasa kurang percaya diri itu muncul, sehingga membuat interaksi sosial menjadi kurang. Sehingga perlu adanya penyesuaian diri yang baik agar tetap menjadi individu yang sehat. Dalam penyesuaian diri untuk mendukung pertumbuhan personal yang baik itu dengan cara membangun hubungan interpersonal yang baik. Bagaimanakah caranya? Pertama pembentukan / perkenalan: ditandai dengan usaha kedua pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya, dalam prosesnya segala informasi mengenai identitas, sikap, dan nilai akan terungkap dengan cepatnya. Bahkan menurut Charles R. Berger, informasi pada tahap ini dikelompokkan menjadi tujuh kategori (informasi demografis; sikap dan pendapat; rencana masa datang; kepribadian; perilaku masa lalu; orang lain; hobi dan minat). Setelah itu beranjak ke peneguhan hubungan, dalam prosesnya ternyata bersifat dinamis, oleh karena itu perlu untuk memelihara dan menjaga agar hubungan yang ada tetap terjalin dengan baik. Empat faktor penting untuk memelihara keseimbangan ini seperti, keakraban; kontrol; respon yang tepat; nada emosional yang tepat. Selain itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu komunikasi efektif; ekspresi wajah; kepribadian; stereotyping; Kesamaan karakter personal; daya tarik; ganjaran; kompetensi.
Ada intimasi dan hubungan pribadi, serta ada pula intimasi dan pertumbuhan sebagai kelanjutan dari peneguhan hubungan itu. Intimasi dan hubungan pribadi merupakan suatu sikap yang ditunjukkan yang menandakan kedekatan, saling mendukung, saling berbagi, dan memiliki perasaan dicintai. Intimasi ini dibutuhkan untuk memperkokoh fondasi dalam hubungan pribadi, baik itu terhadap pasangan, orang tua, maupun Tuhan sekalipun. Intimasi dan pertumbuhan dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan putra – putri tercinta, dimana dengan adanya intimasi, maka akan tercipta situasi kondusif yang bagus dan baik untuk pertumbuhan anak – anak.
Cinta, perkawinan, penikahan, perceraian, pernikahan kembali, serta single life merupakan berbagai pilihan hidup yang terjadi di sekitar kita. Berawal dari cinta, jika ada cinta, itu pasti terbentuk dengan adanya ketiga komponen seperti intimasi, hasrat, dan komitmen (Sternberg, 2004). Pernikahan yang kekal tentunya tetap berusaha untuk saling menguatkan antara ketiga komponen tersebut. Jikalau salah satu ada yang tidak dapat dipertahankan, maka besar kemungkinannya untuk terjadi perceraian. Jika perceraian itu terjadi, ada individu yang cepat beradaptasi dengan baik, dan berusaha bangkit kembali kemudian menata hidupnya kembali, ada pula yang jatuh terpuruk karena belum bisa menyesuaikan diri dengan baik. Pernikahan kembali mungkin terjadi terhadap seseorang yang berhasil menghadapi keterpurukannya, berusaha bangkit, kemudian menata hidupnya kembali, begitupun juga single life, single life menurut saya pribadi dapat berarti memilih hidup melajang, ataupun menjadi single parent. Semua merupakan pilihan hidup yang tentunya dapat mempengaruhi kesehatan mental kita. Sehingga ada baiknya jika kita memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar